(42)
Apartemen baruku dulunya dipakai sebagai Kapel
Santeria. Sebelum aku pindah, seorang wanita tua tinggal disini dan terkenal oleh tetangga Dominika-ku, Brooklyn sebagai tabib dan pembimbing spiritual. Pria yang tinggal di lantai bawah mengatakan bahwa orang-orang akan datang mengunjunginya setiap hari, membawa burung, ayam, tikus atau kadal bersama mereka. Tetanggaku mengatakan bahwa terkadang dia melihat juga kambing dibawa. Si wanita menggunakan hewan-hewan tersebut untuk praktiknya. Aku dengan bodohnya bertanya tentang apa maksudnya dia itu. Dia menunjuk lehernya dan menggoreskannya dengan jari, serta berkata, “sesuatu yang kasar sedang terjadi, kawan.”
Ketika aku melihat apartemennya, barang-barang milik wanita itu masih berada disini. Diam-diam dilengkapi dengan banyak cetakan bunga; jenis barang yang mengingatkanmu dengan rumah nenekmu. Terdapat gambar Perawan Maria dimana-mana. Dan dibalik tirai ruang tamu, terdapat sebuah ruangan kecil dimana terletak sisa-sisa berupa altarnya. Itu tertutupi dengan gambar: gambar Tuhan Yesus, foto keluarga si wanita, tetapi juga terdapat gambar pria dalam gelap dengan mata hitam dan jumlah jari yang tidak biasa pada tangannya. Semua barang, sebagaimana yang dikatakan pemilik kepadaku, akan dikeluarkan ketika keluarga pemilik datang mengambilnya. Dia juga menyebutkan bahwa apartemen akan dibersihkan dan diperiksa dengan cermat sebelum orang-orang lain datang kemari.
Si wanita, diketahui kemudian, bahwa dia sedang dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya setelah mengidap gangguan syaraf. Tetanggaku kemudian mengatakan padaku bahwa wanita itu berulang kali memanjat tangga, berbisik dalam bahasa spanyol bahwa terdapat iblis dalam pikirannya. Dia telah tinggal lama di apartemen tersebut jadi dia secara teknis menjadi miliknya oleh hukum New York. Keluarganya tidak menginginkan apartemennya, dan mengembalikannya kepada pemilik sekarang dengan sejumlah uang. Dia sangat menginginkan untuk mendapatkannya dari harga pasaran.
Kukatakan padanya bahwa aku tidak sanggup membayar tempat yang mahal. Dia bilang padaku untuk menentukan harganya. Kulakukan, dan setelah beberapa tawar-menawar, dia menyetujuinya. Masa lalu apartemen tidak menghawatirkanku. Faktanya, aku malah terhibur dengan hal tersebut - akan menjadi keren jika mengatakan kepada para tamu bahwa sofa yang sedang mereka duduki merupakan tempat dimana seorang penyihir memanggil kekuatan kegelapan untuk tujuan yang tidak diketahui. Yah, kalian tahu, sebagai pencair suasana.
Apartemen ini terletak tidak jauh dari pusat kota yang trendi dan keren. Aku mendapati diriku sering keluar, bertemu dengan banyak orang sekitar lingkungan dan merasa seperti diabaikan. Dan aku tidak perlu pergi jauh-jauh, hanya memerlukan sebulan untuk membiasakan diri dengan rutinitas “rumah sandungan.” Satu hal yang sering kulakukan untuk membuat diriku tetap terjaga dan tersadar (terutama saat mabuk) adalah dengan menghitung berbagai hal.
Aku melakukannya sampai pada titik dimana aku bisa memprediksi berapa kali aku mengetuk gagang pintu kereta api dari awal keberangkatan hingga pemberhentian, aku bisa menyentikan jejariku beberapa kali sebelum jalur di jalan berubah. Aku selalu menghitung dengan suara yang lantang, 41 langkah yang kuambil dari pintu depan hingga pintu tempat tinggalku. Dan rumah terasa seperti rumah, aku tidak merasakan hal yang tidak menyenangkan disini, tidak ada hantu atau setan yang menghawatirkanku. Satu-satunya yang selalu merasa resah dengan tempat ini adalah temanku, Jen. Dia berkata bahwa setelah dia duduk di sofa, dia merasa seperti duduk di ruangan yang dingin dan berangin. Ketika dia datang, dia selalu berakhir berada di dapur.
Dan beberapa minggu berlalu, aku mabuk dan sedang menaiki tangga namun sesuatu yang tidak beres kurasakan. Aku terserang kepanikan, sesuatu yang mendasar menguasai jantungku dan membuatnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Karena aku mabuk, aku merasa bingung dan tidak tahu apa yang salah. Tempat ini terang benderang. Pintu yang berada di belakangku terkunci. Aku melihat sekitar, siapa tahu ada seseorang di bawah, belakang atau di sampingku, tetapi tidak ada siapa-siapa disini. Aku melanjutkan untuk menaiki tangga, menghitung dengan suara keras, dan aku menyadari bahwa perhitunganku tidak berjalan dengan baik.
Ini tidak seperti hitungan benar yang biasanya kukatakan saat melangkah. Dan ternyata benar. Ketika aku sampai pada pintuku, aku menghitung 42 langkah. Entah bagaimana, aki bisa menambah selangkah. Aku tidak yakin mengapa hal tersebut membuatku sangat terganggu, tapi ternyata itu benar. Itu sangat berhasil, sampai-sampai aku pergi ke pintu depan dan melakukannya lagi. Aku menghitung tiap langkah sepanjang jalan menuju apartemenku, sadar dalam prosesnya. Ketika aku sampai pintukku, aku mendapatkan jumlah langkah yang sama: 42 langkah. Aku mengangkat bahu dan pergi tidur.
Hari berikutnya, setelah aku rasa mabuk menghilang, aku mencoba menghitung ulang. Dan aku mendapatkan 42 lagi. Aku tidak mengerti. Aku pastinya telah melewatkan satu langkah sebelumnya. Aku bahkan meminta Jen untuk menghitung langkahnya. Dia juga mendapatkan 42 langkah. Dia menertawakan betapa bingung dan terganggunya diriku terhadap hal ini. Dia membuat suara-suara menyeramkan dan berkata bahwa iblis yang menghantui apartemen ini berusaha merasuki dan membuat diriku menjadi gila, seperti wanita tua sebelumnya. Kukatakan padanya jika apartemen ini berhantu, mereka akan menodongkanku dengan senjata besar dan mengeluarkanku dari apartemen dua tempat tidur ini dan menaruh harga kurang dari seribu dolar per bulan.
Namun, selisih tersebut masih menganggu pikiranku. Aku mendapati diriku menghitung segalanya, bahkan saat aku sedang tidak mabuk. Berapa detik untuk naik lift di tempat kerja. Waktu yang berbeda yang diambil rekan kerjaku ketika mereka istirahat makan siang. Seberapa banyak ketika orang-orang yang pulang dengan mengendarai mobil mereka. Dan tentu saja, seberapa banyak langkah yang kubuat sampai ke apartemenku. Aku belum pernah mengalami
OCD sebelumnya, tetapi aku mendapati diriku memperhatikan segalanya, tidak dapat membedakan apa yang penting maupun yang biasa. Ketika sesuatu yang tidak biasa terjadi, itu menyentak diriku, tetapi tidak sebanyak langkah pada tanggaku.
Namun, dalam beberapa hari ini, itu mulai membuatku sedikit mengangguku. Aku menyadari bahwa Jen benar, aku bereaksi terlalu berlebihan. Aku mungkin bukan pengamat yang paling tajam, jadi aku melupakannya. Dan aku harus melupakannya malam ini.
Karena aku baru saja menaiki tangga menuju apartemenku, dan setelah aku sampai pada pintu, aku merasa kedinginan. Karena aku tidak mendapatkan 42 langkah kali ini.
Aku mendapatkan 44 langkah.
SUMBER