Red Yellow Electricity Lightning

Sabtu, 26 Januari 2019

Writing on The Wall

(Tulisan di Dinding)


Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak setempat dijauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker.

Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dengan atap yang runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai pada bagian  dalamnya.

Suatu malam, untuk menguji keberanian, aku bersama sahabatku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami masuk melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan terdapat lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami terkejut setelah melihat seseorang sedang menulis kata-kata AKU SUDAH MATI pada dinding langit-langit.

"Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak,” kataku.

"Ya, mungkin saja." Jawab temanku dengan nada gugup.

Kami mengeksplorasi banyak ruangan di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang dulunya disebut dapur, kami menemukan lebih banyak tulisan lainnya di dinding itu.

Yang tertulis, saya berada di sebuah kamar di lantai atas.

Kami berjalan menaiki tangga ke lantai dua. Aku memimpin jalan dan temanku mengikutiku dari belakang. Aku tidak takut, tapi ia mulai terlihat sedikit gelisah.

Ketika kami sampai di bagian atas tangga, kami berbalik ke arah kiri dan berjalan dengan hati-hati menyusuri lorong yang sempit.

Di ujung lorong ada pintu tertutup dan terdapat tulisan di depannya. 

KAMU AKAN MENEMUKANKU DI RUANGAN INI. Sekarang, temanku tiba-tiba menjadi gemetar karena ketakutan. Bulu kudukku berdiri juga, tapi aku tidak ingin menunjukkan hal itu. Dia bilang dia tidak mau pergi lebih jauh, tapi aku bersikeras, mengatakan kepadanya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Aku berbalik memegang gagang pintu yang terlihat menyeramkan itu. Kami melangkah ke kamar dan tidak menemukan apapun. Ada dua pintu yang tertutup di kedua sisi. Dan yang lebih menyeramkan, ada sebuah tulisan di dinding.

Yang tertulis :

Kepalaku ada belakang pintu, tengoklah di sebelah kanan.

Temanku yang melihat ini, dia benar-benar kehilangan nyali. Dia memberi tanda dan berpaling untuk lari. Aku menangkap dan memegang lengan-nya, tapi ia menepisku dan melarikan diri melalui pintu yang terbuka. Aku mendengar jejak yang menghilang menyusuri lorong.

Aku menguatkan tekadku. Aku bertekad untuk menjadi pemberani dan melawan rasa takutku.

Menguatkan keberanianku, aku membuka pintu di sebelah kanan dan berjalan ke dalam. Aku berjalan ke sisi lain ruangan dan dinding, ada tertulis dalam huruf yang begitu kecil, yang tertulis tubuhku ada di bawahmu.

Kemudian aku memandang ke bawah lantai. Aku sedang berdiri di tulisan yang lebih banyak. Aku melangkah kembali dan melihat kata-kata, kepalaku datang dari kamar di belakangmu. Berbaliklah.

Aku mendengar pintu belakangku berderit. Ada bayangan yang bergerak di belakang pintu. Tiba-tiba sesuatu kembali ke ruangan karena mendengar ada suara benturan di dinding.

Itu adalah temanku yang kepalanya sudah terpotong.

Dia sudah mati, matanya tampak menatapku. Aku Berteriak dengan ketakutan, aku melemparkan diriku keluar melalui jendela yang terbuka dan jatuh ke tanah. Aku terjatuh dan merasa sangat sakit, aku berlari pulang, menangis dan berteriak memanggil orang tuaku.

Polisi telah dipanggil dan mereka menghancurkan bangunan itu. Pada awalnya, mereka tidak menemukan apa-apa. Tidak ada apapun, bahkan tulisan di dinding-pun tidak ada. Mereka memeriksa rumah dari atas ke bawah, tetapi tidak menemukan jejak mayat temanku.

Kemudian mereka ke atas lantai. Tubuhnya tergeletak di bawah. Tapi mereka tidak pernah menemukan kepalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar